ANEKA JEPANG

DAZAI OSAMU, Penulis Modern Yang Disukai Kaum Muda Pasca-Modern

Dua orang penulis Jepang telah berhasil memenangkan Hadiah Nobel : Kenzaburo Oe dan Yasunari Kawabata sedangkan yang lain seperti Yukio Mishima, Kobe Abe, terkenal diluar negeri melalui terjemahan banyak karya mereka. Namun ada seorang penulis yang popularitasnya di Jepang membawanya di garis terdepan : Dazai Osamu.
Dazai berasal dari sebuah keluarga kaya yang hidup di tengah-tengah penduduk miskin di kawasan Tohoku di sebelah utara. Dia menderita akibat hidup yang acak-acakan, seringnya terjadi kegagalan, serta sakit sehingga membunuh diri pada tahun 1948 pada usia 39 tahun. Meskipun demikian, karya-karyanya telah melampaui masanya karena meraih popularitas setengah abad sesudah kematiannya.

Dirayakan di Seantero Jepang

    Salah satu tanda dari popularitas yang di perbarui itu adalah dihidupkannya kembali Hadiah Dazai untuk sastra, yang telah dihentikan sejak 1978. Kota Mitaka di Tokyo, tempat Danzai mengakhiri hidupnya, dan Chikuma Shobo, penerbit yang mengeluarkan edisi pertama dari banyak karyanya, memutuskan bekerjasama pada tahun 1998 untuk mengadakan kembali hadiah sastra tersebut.
    Juga ada tanda-tanda kegiatan baru di kalangan penerbit. Setelah Chikuma Shobo mengeluarkan edisi ke-10 dari karya lengkap Dazai, penerbit lainnya, Kadokawa Shoten, mengeluarkan karya-karya populernya dalam bentuk paperback. Lalu penerbit ketiga, Iwanami Shoten, juga telah mengeluarkan sebuah buku yang berjudul Osamu Dazai, serta serangkain artikel khusus mengenainya telah bermunculan di berbagai majalah.

    Sementara itu, di Mitaka (yang disebut-sebut dalam karyanya Shayo dan lain-lainnya) telah mulai dilakukan langkah-langkah untuk menjadikan beberapa lokasi sebagai tujuan wisata yang terkait dengan Dazai. Tempat lahir Dazai di Kota Kanagi, Prefektur (semacam propinsi) Aomori, sejak bertahun-tahun telah dijadikan tempat penginapan, tapi kemudian diperbaiki kembali ke keadaan asalnya dan pada bulan April 1998 dibuka kembali, tapi sebagai museum. Pada Website Internet telah muncul halaman mengenai penginapan Kota Kofu di mana Dazai pernah tinggal dan menulis novel-novelnya, serta berbagai hal mengenai dirinya.

    Salah satu bukti popularitas Dazai yang tidak memudar adalah pertemuan peringatan tahunan yang diadakan pada tanggal 19 Juni, hari lahir sekaligus hari kematiannya. Pertemuan tahun lalu penuh dengan kaum muda. "Apa yang ditulisnya serasa apa yang terjadi pada dirinya, " Kata seorang mahasiswa universitas yang hadir. "Saya dapat berempati dengannya lebih daripada dengan para penulis masa yang sekarang ini". Seorang siswa sekolah menengah menambahkan bahwa pendekatan penulis Dazai serta suasana yang dicerminkan karyanya berbeda dengan para penulis kontemporer. Menurut seorang yang terkait dengan acara peringatan tersebut, "Banyak penggemar Dazai merasa mereka mempunyai kaitan pribadi dengannya karena mereka merupakan golongan yang konon sulit diatur. Seorang psikiater melukiskan popularitas Dazai yang tiada hentinya itu adalah berkat pengertian visionernya atas psikologi pemuda masa kini, dengan pergumulan mereka mendapatkan arti dan tujuan hidup".

Rahasia popularitas Dazai

   Statistik publikasi yang disusun oleh Shinchosha untuk edisi karya Dazai yang paling representatif, Ningen Shikkaku (diterjemahkan sebagai No Loger Human) sungguh mencengangkan. Pertama diterbitkan pada tahun 1952, hingga kini telah dicetak sebanyak 5,3 juta eksemplar. Dalam masa 12 bulan hingga Juni 1998 saja, jumlah eksemplar yang dicetak adalah 80.000. Karyanya ini terus berkejaran dengan karya penulis Soseki Natsume, Kokoro, dalam hal penjualan terbanyak buku dalam bentuk paper back.
        Adapun ciri khas yang menonjol dalam karya-karyanya adalah penggambaran cerita dalam bentuk "aku", dengan kosa kata yang lincah, menyesuaikan diri dengan kebutuhan yang berbeda, dalam gaya formalitas dan dalam bahasa sehari-hari, eksotisme serta bahasa slang, dan bahasa asing bahkan bahasa bayi.

   Karya-karya Shuji Tsushima, nama asli Osamu Dazai, memang dapat terus hidup kerena dia mencintai bahasa. Beberapa karyanya : Shayo (1947 - matahari terbenam), Biyon no Tsuma (1947 - Istri Vilon), Ningen Shikkaku (1948).Karya terakhirnya adalah Goodbye, sebuah novelette serial yang dimasukan untuk dimuat dalam harian Asahi Shimbun.