ANEKA JEPANG

Sistem Transportasi dan Lalulintas Jepang


Di Jepang pada tahun 2003 telah terjadi 8.326 kecelakaan lalu-lintas yang fatal. Menurut Badan Kopolisian Nasional Jepang, angka tersebut ternyata tidak sampai separoh dari angka yang dicapai pada tahun 1970 yang menjadi tahun dengan paling banyak kecelakaan lalu-lintas yang fatal. Menurunnya angka kecelakaan adalah berkat penerapan Undang-Undang Lalu-lintas yang telah direvisi dan mulai berlaku pada bulan Juni 2002. Selain itu, juga disebabkan oleh keadaan mobil yang makin aman dikemudikan karena para produsen membuat mobil lebih bisa diandalkan keamanannya, dan juga karena para pemakai kendaraan lebih taat mengenakan sabuk pengaman. Upaya Mengamankan Lalu-lintas Segala usaha bagi lalu-lintas yang lebih aman.

Sebenarnya angka kematian kecelakaan lalu-lintas mengalami peningkatan selama parohan pertama tahun 2002. Hal itu jauh dari harapan sebelumnya karena pada bulan Desember 2001 berlaku undang-undang yang menjatuhkan hukuman maksimum 15 tahun penjara untuk orang yang mengemudikan kendaraan secara ugal-ugalan sehingga menyebabkan kematian. Ternyata adanya undang-undang tersebut belum membawa hasil yang diharapkan.

Keadaan baru berubah setelah dilaksanakan Undang-Undang Lalu-lintas Jalan yang telah direvisi pada bulan Juni 2002. Angka kecelakaan terus menurun. Undang-Undang tersebut menetapkan hukuman denda yang besar bagi pengemudi yang mengemudikan kendaraannya dalam keadaan mabuk. Sekaligus juga tingkat pengaruh minuman beralkohol diperketat sampai-sampai menyentuh orang yang hanya minum segelas bir. Di samping itu juga besar pengaruh keharusan mengenakan sabuk pengaman. Pada tahun 2002, sekitar 86,9% pengemudi kendaraan di Jepang mengenakan sabuk pengaman.

Sementara itu, produsen mobil juga berupaya membuat mobil mereka makin aman dikemudi. Keadaan faktor ini berperan besar dalam mengurangi angka kematian akibat kecelakaan lalu-lintas. Meski terjadi penurunan angka kecelakaan lalu-lintas, ternyata kecelakaan fatal yang dialami para manula yang berusia 65 tahun lebih malah meningkat. Hal ini antara lain karena makin bertambahnya jumlah orang yang berusia lanjut. Oleh karena itu sangat diperlukan tindakan-tindakan pengamanan dalam berlalu-lintas yang ditujukan bagi kelompok usia ini.

Sementara itu, pemerintah daerah dan perusahaan-perusahaan swasta juga melakukan berbagai langkah untuk mencegah kecelakaan lalu-lintas. Salah satu usaha tersebut adalah penggunaan lampu sorot depan sepanjang waktu berkendaraan. Penggunaan lampu sekalipun di siang hari ternyata berhasil mengurangi terjadinya kecelakaan. Oleh karena itu sejumlah pemerintah daerah memberlakukan program percobaan.

Di samping itu, juga diambil langkah-langkah untuk mengurangi kecelakaan di persimpangan lintasan rel kereta. Perusahaan kereta JR East mengubah warna palang persimpangan rel, dari garis-garis hitam dan kuning menjadi merah dan putih. Perubahan warna ini ternyata membawa pengaruh berkurangnya jumlah kendaraan yang memaksa maju waktu palang sudah diturunkan. Perusahaan-perusahaan kereta-api kini bebas untuk memilih warna untuk palang di persimpangan lintasan rel kereta-api.
Kebutuhan akan angkutan umum di kota-kota besar pada umumnya dilayani oleh kereta, terutama kereta bawah-tanah (Tokyo, Osaka, dll.).

Selain 6 perusahaan kereta yang utama JR yang melayani jarak sepanjang total 20.000 km, terdapat pula 88 perusahaan kereta swasta lokal, 38 yang semi-pemerintah, dan 13 perusahaan kereta umum regional.

Latar-belakang situasi

Kepulauan Jepang terdiri dari 4 pulau besar utama dan banyak pulau kecil-kecil. Dari sekitar 378.000 m2 daratan yang terdapat di Jepang, sekitar 70% bergunung-gunung, bukan dataran. Dengan tanahnya yang tidak luas di mana budaya tradisional terlestarikan berdampingan dengan modernitas, di negeri yang berjalan maju dengan teknologi canggih ini hidup sekitar 120 juta penduduk. Mobil menjadi sangat populer sejalan dengan pemulihan ekonomi serta peningkatan standar hidup.
Pada akhir Perang Dunia II, jumlah kendaraan bermotor 130.000; jumlah ini meningkat pesat menjadi satu juta pada tahun 1953, 2 juta pada tahun 1957. Telah tiba masa motorisasi di Jepang, namun keadaan jalan-jalan masih jauh dari memadai, bahkan dapat dikatakan buruk. Barulah tahun-tahun setelah itu, dilakukan perbaikan secara besar-besaran terhadap jalan-jalan dan jalan raya di Jepang, mendorong bangsa Jepang ke arah pertumbuhan tinggi ekonomi. Per September 2002 terdapat 77.1 juta satuan kendaraan bermotor, padahal pada tahun 1960 baru ada 3,4 juta. Jalan raya ekspres yang pertama di Jepang, Meishin, dibuka pada tahun 1963, menghubungkan Ritto di Prefektur Shiga dengan Amagasaki di Prefektur Hyogo, sepanjang 17,1 km. Kini (keadaan per Maret 2003) terdapat 7.200 km jalan raya ekspres di se antero Jepang.

Untuk mendapatkan SIM kendaraan beroda empat (mobil), pemohon harus sudah berusia 18 tahun, sedangkan untuk kendaraan beroda dua (sepeda motor) pemohon harus sudah berusia 16 tahun. Ujian teori dan praktek untuk mendapatkan SIM di Jepang terkenal sangat ketat. Per Desember 2002 terdapat 44,5 juta orang pria pemegang SIM dan 32 juta wanita pemegang SIM.

Kini terus dilakukan pengkajian terhadap kereta super-konduktif magnetis yang jalannya seolah mengambang dari relnya. Sampai saat penulisan ini, telah sedemikian jauh uji coba yang telah dilakukan sehingga dicapai kecepatan hingga 552 km per jam (pengoperasian berawak).

Di kota Tokyo terdapat 12 lin chikatetsu (subways atau kereta bawah tanah) yang menempuh jarak 286,2 km dan mengangkut sejumlah 7,5 juta penumpang per hari. Sedangkan di Osaka terdapat 7 lin, dengan jarak 116 km dan mengangkut 2,3 juta penumpang. Kereta-bawah tanah juga terdapat di kota Nagoya (5 lin dengan jarak 78 km) dan Sapporo (3 lin dengan jarak 48 km).