ANEKA
JEPANG |
Serba-serbi Robot Jepang International Robot Fair berlangsung pada bulan Februari 2004, dibuka dengan World Robot Declaration. Pekan raya robot ini berlangsung di Fukuoka, Jepang. Dalam deklarasi tersebut, dicantumkan harapan berkenaan dengan robot-robot generasi mendatang, yaitu : hendaknya robot menjadi mitra yang hidup berdampingan dengan manusia; membantu manusia baik secara fisik maupun psikologis; dan memberi andil bagi terwujudnya masyarakat yang aman dan damai. Sebenarnya, robot bukanlah 'barang baru' bagi masyarakat Jepang. Mengapa begitu, padahal robot relatif baru muncul dalam dekade-dekade akhir ini. Ternyata robot-robot pertama Jepang sudah diciptakan berabad-abad yang lalu, tentu dengan bentuk yang berbeda dengan yang sekarang. Mulai dari robot yang bisa menyirami sawah buatan Kaya-no-Miko seperti yang diceritakan dalam koleksi cerita abad ke-12, Konjaku Monogatari Shu, hingga boneka robot karakuri-ningyo yang dikembangkan dengan tingkat teknologi yang cukup tinggi dan ditampilkan dalam bentuk boneka sebagai hiburan di teater dan dalam festival (hingga sekarang tetap ditampilkan dalam Festival Takayama di Prefektur Gifu). dll. Pada tahun 1927 muncul robot Jepang yang pertama yang dikembangkan dengan mempergunakan teknologi Barat, diberi nama Gakutensoku. Robot ini bisa tersenyum, mengedip-ngedipkan mata dan bahkan bisa menulis. Asal-usul Istilah Robot dan Pandangan yang Berbeda Istilah robot pertama kali muncul pada tahun 1920, berasal dari kata 'robota' yang dalam bahasa Ceko (negeri Eropa Timur) berarti kerja paksa. Kata itu muncul dalam drama pentas Rossum's Universal Robots karya Karel Capek, seorang Ceko. Kemudian pada tahun 1950, Isaac Asimov mengemukakan dalam novelnya 'Robot', tiga aturan perobotan yaitu : sebuah robot tidak boleh mencederai manusia; harus mematuhi perintah yang diberikan manusia, kecuali bila itu melanggar aturan pertama; dan robot harus melindungi eksistensinya sendiri sebagai mesin yang harus mematuhi manusia. Kesimpulannya adalah, robot itu bisa saja mencederai manusia. Nah di sinilah pandangan orang Jepang berbeda. Robot dapat menjadi teman, mempunyai kecerdasan, dan perasaan manusia, seperti dalam cerita kartun Astro Boy. Di Jepang masing-masing robot bahkan diberi nama. Peran robot sebagai alat pembantu manusia sudah jelas, dan juga sebagai alat hiburan. Misalnya, sebagai anjing-anjingan, kucing-kucingan, yang seolah bisa dipelihara, berbunyi, dan bereaksi bila dipegang/ dielus. Robot-robot buatan Jepang dikagumi di seluruh dunia karena merupakan hasil teknologi presisi (padat ketepatan rinci). Para peneliti pembuat robot Jepang berusaha agar robot dapat menjadi peralatan yang seolah hidup. Ini dimulai dengan robot humanoid (secara prinsip bentuknya mirip manusia, yaitu ada kepala, kaki, tangan dan tubuh, dan bisa bergerak). Proyek robot jenis ini dimulai pada tahun 1973 di Fakultas Sains dan Engineering Universitas Waseda. Lebih dari 10 orang peneliti yang dipimpin oleh Prof. Takanishi Atsuo mempergunakan teknik anatomis dan medis lainnya untuk menganalisa struktur tubuh manusia dalam pencarian teknologi yang mampu meniru gerak manusia. Mengapa harus mirip manusia ? Kata Prof. Takanishi, "Dasar rancang robot kami adalah struktur tubuh manusia karena kami ingin agar dapat terbentuk hubungan erat antara robot dengan manusia." Hirohisa Hirukawa, seorang peneliti pada National Institute of Advanced Industrial Science and Technology (lembaga nasional Jepang untuk sains industri dan teknologi maju) memperkirakan bahwa selambat-lambatnya pada tahun 2050 berbagai pekerjaan rumah-tangga sudah dapat dilakukan oleh robot-robot. Wah, para ibu rumah-tangga pasti senang dan sangat terbantu. Berbagai Bentuk dan Kegunaan Secara garis besar, ada robot industri yang dirancang untuk melakukan pekerjaan rutin dalam manufacturing (pembuatan barang secara massal), dan robot personal yang dirancang untuk bekerja dan melakukan kegiatan untuk pemiliknya atau orang yang menggunakannya saja, termasuk robot mainan:
Pemerintah daerah Fukuoka pernah mencoba memakai sebuah robot setinggi 1,6 meter dengan suara wanita, sebagai resepsionis (penerima tamu) di kantor pemda. Tentu saja tindakan tersebut merupakan suatu kejutan bagi berbagai kalangan. "Halo! Aku Artemis." Demikian robot menyapa setiap tamu yang masuk. Pemerintah prefektur Fukuoka, kota Fukuoka dan Kitakyushu, melakukan percobaannya di kawasan yang disebut tokku, yaitu zona-zona deregulasi khusus sebagai hasil dari prakarsa reformasi structural PM Koizumi. Lomba Robot(ROBOCON = Robot Contest) Di Jepang kerap diadakan lomba robot dari berbagai jenis dan tingkat kemampuannya, terutama di kalangan mahasiswa. Sebagai salah satu contoh mengenai antusiasme peminat robot di Indonesia terhadap perobotan Jepang, dapat dikemukakan di sini bahwa a.l. pada tahun 2001 tim dari Politeknik Elektronika Surabaya (PENS) dari Indonesia pernah menjuarai Asia Pacific Broadcasting Union Robot (ABU Robocon), sebuah lomba robot tingkat dunia yang diadakan di Jepang waktu itu. Bp. Ir. Dadet Pramadihanto M. Eng. Ph.D yang lulusan Jepang adalah salah seorang pembimbing tim tersebut. |