ANEKA JEPANG

Tsunami dan Jepang
Keterangan Bantuan







Bantuan Jepang melalui Berbagai Organisasi Internasional untuk Bencana Gempa Bumi yang Berpusat di Perairan Pulau Sumatera dan Tsunami di Samudera Hindia

Pemerintah Jepang, dalam menanggapi bencana gempa bumi yang berpusat di perairan pulau Sumatera dan tsunami di samudera Hindia, telah menyatakan akan memberikan bantuan sebanyak 250 juta dolar AS melalui berbagai organisasi internasional. Pada tanggal 11 Januari telah ditentukan rincian penyaluran dana tersebut (lihat tabel yang tercantum di bawah ini). Pada hari yang sama Wakil Menteri Luar Negeri Mr. Shuzen Tanigawa secara resmi mengumumkan rincian bantuan tersebut pada kesempatan Pertemuan Tingkat Menteri mengenai Bantuan Kemanusiaan terhadap Negara-negara Korban Bencana Gempa Bumi dan Tsunami (the Meeting of Ministerial Level on Humanitarian Assistance on Tsunami Affected Communities) yang diselenggarakan di Geneva, Swiss.

Bantuan hibah ini merupakan bagian dari dana bantuan hingga sebesar 500 juta dolar AS untuk sementara waktu sebagaimana yang diumumkan oleh PM Koizumi pada pertemuan KTT Khusus Para Pemimpin ASEAN Pasca Gempa Bumi dan Tsunami, dan akan segera dicairkan setelah mendapat pengesahan Kabinet yang dijadwalkan pada tanggal 17 Januari. Bagian bantuan yang disalurkan melalui organisasi internasional ini akan memberi kontribusi besar bagi operasi bantuan darurat di Indonesia.


Pengiriman Tim Medis Darurat Jepang Ketiga bagi Korban Gempa Bumi yang Berpusat di Perairan Sumatera dan Tsunami di Samudera Hindia

Pada tanggal 17 Januari 2005, pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mengirimkan Tim Medis Darurat Jepang III yang beranggotakan sebanyak 20 orang termasuk tenaga ahli bidang penyakit infeksi, menyusul Tim Medis Darurat Jepang Pertama yang ditempatkan mulai tanggal 30 Desember 2004 s/d 9 Januari 2005, dan Tim Medis Darurat Jepang II yang ditempatkan mulai tanggal 9 Januari 2005 sebagai wujud bantuan kepada pemerintah Indonesia dalam upaya menanggulangi akibat gempa bumi berskala besar yang berpusat di perairan pulau Sumatera dan tsunami di Samudera Hindia. Rombongan pertama dari Tim Medis Darurat Jepang III sebanyak 8 orang (2 orang dokter, 3 orang perawat, seorang apoteker, seorang staf Kementerian Luar Negeri Jepang, seorang staf JICA) diberangkatkan dari Jepang pada tanggal 18 Januari.


Bantuan Pangan dan Barang in Natura dari Pemerintah Daerah dan Perusahaan Swasta Jepang

Menanggapi bencana gempa bumi dan tsunami yang terjadi di NAD dan Propinsi Sumatera Utara, beberapa pemerintah daerah dan perusahaan swasta Jepang memberikan sumbangan bantuan untuk disampaikan kepada para korban bencana tersebut. Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk mendistribusikan barang bantuan tersebut kepada para korban di NAD bekerjasama dengan Departemen-Departemen RI yang bersangkutan, perusahaan pergudangan swasta, perusahaan swasta serta organisasi internasional.

Pada tanggal 2 Februari 2005, kargo pertama dari barang bantuan darurat tersebut sampai di Banda Aceh. Barang bantuan tersebut diserahkan kepada Kantor Internasional untuk Migrasi (International Office for Migration: IOM) dengan disaksikan oleh Mr. Minoru Shirota, Kepala Kantor Koordinasi Pemerintah Jepang untuk Penanggulangan Bencana di Banda Aceh serta para pejabat pemerintah Indonesia. Pemerintah Jepang akan meneruskan distribusi barang bantuan seperti makanan, perlengkapan higienis, obat-obatan, terpal plastik serta barang-barang lainnya, kepada para korban di Aceh bekerjasama dengan instansi-instansi terkait, yang jumlahnya mencapai beberapa puluh ton.


Bantuan Klinik Berjalan dan Pengelolaan Stasiun Radio Informasi Keluarga Terpisah

Pemerintah Jepang telah memutuskan untuk memberikan bantuan hibah sebesar US$362.497, berdasarkan skema bantuan hibah grass-root, untuk klinik berjalan dan untuk stasiun radio yang menyiarkan informasi bagi penduduk korban bencana di NAD.

1. Bantuan untuk Klinik Berjalan di NAD (senilai US$343.439) Akibat bencana gempa bumi dan tsunami, sejumlah fasilitas medis dll. di Aceh menjadi hancur atau rusak besar di berbagai daerah yang luas cakupannya sehingga penduduk mengalami keterbatasan pelayanan medis medis. Melihat keadaan demikian, Pemuda Muhammadiyah telah menyusun rencana proyek Klinik Berjalan guna melayani 1 kota dan 7 kabupaten yang terkena bencana, yaitu kota Banda Aceh, Kab. Aceh Besar, Kab. Aceh Jaya, Kab. Nagan Raya, Kab. Aceh Barat, Kab. Pidie, Kab. Bireun, dan Kab. Aceh Utara. Pemerintah Jepang menyetujui permintaan bantuan pembiayaan kepada Pemerintah Jepang guna memperoleh sejumlah mobil ambulans, obat-obatan, perlengkapan medis, serta pembiayaan tenaga dokter dan perawat, dll agar dapat melaksanakan operasi Klinik Berjalan tersebut.

<Catatan>
Sebelumnya, pada tgl. 28 September 2004 telah berlangsung upacara penyerahan mobil ambulans oleh Bp. Hiroharu Hashi, Konsul Jenderal Jepang di Medan, kepada Bp. A. Malik Musa, Ketua KKAMM (Komite Kemanusiaan Angkatan Muda Muhammadiyah Aceh). Pemberian ambulans ini merupakan dukungan Jepang bagi proyek klinik berjalan KKAMM guna meningkatkan pelayanan medis di Aceh di pedesaan.

2. Bantuan Pengelolaan Stasiun Radio di Aceh (senilai US$19.058)
Saat ini di NAD, terdapat sejumlah korban yang terpisah dari keluarganya akibat bencana. Mereka tidak dapat memperoleh kabar tentang keluarga mereka sehingga sulit untuk berkumpul kembali. Di samping itu, akibat terputusnya telekomunikasi, penduduk yang membutuhkan mengalami kesulitan untuk memperoleh berita seputar bantuan yang tersedia. Syukurlah ada sebuah stasiun radio bernama gSuara Acehh, stasiun radio pertama yang beroperasi kembali setelah terjadinya bencana di Aceh. Radio ini aktif membagi-bagikan pesawat radio ke berbagai penampungan pengungsi, serta menyiarkan informasi yang berguna untuk mempersatukan keluarga yang terpisah, sekaligus memberikan informasi mengenai bantuan kemanusiaan.

Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) yang mengelola gSuara Acehh ini, mengajukan permintaan bantuan kepada pemerintah Jepang berkenaan dengan pembiayaannya yang mencakup antara lain: pengadaan kendaraan peliputan, genset untuk meningkatkan kapasitas operasi siarannya, pembelian pemancar radio dsb guna mengoptimalkan upaya menolong para korban melalui pelayanan informasi.

Dengan realisasi kerjasama ini, diharapkan agar para korban, khususnya anak-anak, segera dapat berkumpul kembali dengan keluarga dan sanak-saudaranya, dan aktivitas bantuan dapat berjalan dengan baik, dengan demikian membantu terlaksananya rehabilitasi dan rekonstruksi NAD secara cepat.