ANEKA
JEPANG |
Tsunami dan Aceh Wawancara dilakukan dengan Bapak Husni Tanra, Profesor Doktor di Universitas Hassanudin Mengapa AMDA memutuskan turut membantu para korban bencana gempa bumi dan tsunami di NAD dan SUMUT? Memang kegiatan AMDA (Association of Medical Doctors of Asia) yang utama adalah memberi bantuan kepada korban bencana, termasuk korban akibat konflik manusia, sejak tahun 1992 ketika pulau Flores tertimpa tsunami yang menelan korban sebanyak 3,000 orang. Pada saat peristiwa pergolakan kemerdekaan Timtim, AMDA membantu para pengungsi baik di Timtim maupun di Timor Barat. Sebagai organisasi internasional, AMDA melakukan kegiatan bantuan di Afganistan pada tahun 2000-2001, juga di Iran pada tahun 2004 dan sebagainya. Oleh karena itu, ketika terjadi bencana gempa bumi dan tsunami pada akhir tahun 2004 di Aceh, kami AMDA Indonesia langsung memberi bantuan dengan ikhlas. Kegiatan apa saja yang dilakukan oleh AMDA di Aceh ? AMDA membantu di bidang kesehatan dengan mengirimkan tenaga bantuan medis. Di Aceh khususnya ada dua macam kegiatan utama. Pertama adalah membantu rumah sakit untuk dapat melaksanakan operasi bagi para korban gempa dan tsunami, dengan mengirimkan tenaga ahli bedah ke rumah sakit seperti Rumah Sakit Adam Malik di Medan yang menerima pelimpahan banyak korban dari Aceh, RS Fakina dan RS Zainal Abidin di Banda Aceh. Selain itu, AMDA juga mengunjungi penampungan pengungsi untuk memberi vaksinasi dan dosis tinggi vitamin A kepada anak-anak, serta pengobatan dan pemeriksaan umum Sejak kapan Pak Tanra terlibat dalam kegiatan AMDA ? Saya mulai terlibat dengan AMDA ketika saya studi di Jepang pada tahun 1987, kemudian AMDA Indonesia berkembang sejak tahun 1992. Saya terus melakukan kegiatan AMDA, karena selama di Jepang saya banyak dibantu orang Jepang yang semuanya baik-baik. Maka saya merasa berutang-budi, dan selalu memikirkan apa yang saya bisa balas dan saya harus bertanggungjawab secara moril. Pemberian Penghargaan Menteri Luar Negeri Jepang merupakan sebuah kehormatan yang luar biasa bagi saya (lihat: Aneka Jepang Edisi 308/2004). Bagaimana kesan-kesan Bapak di Banda Aceh? Ada satu hal yang menarik bagi saya, yaitu peristiwa ini menjadi sebuah titik lebur bagi semua bangsa dan seluruh agama untuk menyatu. Di Aceh, kita lihat segala nama bangsa ada, Afrika, Amerika, Asia Timur, Arab... seluruh bangsa menyatu di situ. Semua agama juga menyatu, Kongfucu, Yahudi, Islam.. dengan tujuan yang sama, yaitu menyelamatkan Aceh. Saya menganggap hal ini sebagai sebuah pelajaran bahwa manusia memiliki kesamaan, yaitu keinginan untuk menolong sesama manusia. Saya kira bahwa tidak pernah terjadi di mana ratusan negara dan semua agama di dunia hadir di satu tempat dan memiliki tujuan yang satu, ingin menolong. Di lapangan, kita tidak pernah membicarakan perbedaan, tetapi hanya bagaimana untuk menolong. Hal ini memang luar biasa. |