Acara dan Berita Kedutaan |
    Pada tanggal 26 Desember 2004, menjelang tahun baru 2005, terjadilah bencana gempa bumi yang berpusat di perairan pulau Sumatera dan tsunami di samudera Hindia. Di propinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan propinsi Sumatera Utara yang menjadi lokasi bencana yang paling parah, dilaporkan 120 ribu orang tewas dan 115 ribu orang dinyatakan hilang. Menanggapi bencana dahsyat sepanjang sejarah tersebut, negara-negara yang tertimpa bencana, termasuk Indonesia dan dunia internasional bekerja sama membantu lokasi-lokasi yang tertimpa bencana.   Pada tanggal 6 Januari 2005, diselenggarakan Pertemuan Khusus Pemimpin ASEAN untuk Penanggulangan Gempa Bumi dan Tsunami (Special ASEAN Leader's Meeting on Aftermath of Earthquake and Tsunami) di Jakarta. Dari Jepang, Perdana Menteri Junichiro Koizumi dan Menteri Luar Negeri Nobutaka Machimura telah menghadiri pertemuan tersebut. Pada kesempatan ini, Perdana Menteri Koizumi menyatakan komitmen pemerintah Jepang untuk membantu sepenuhnya negara-negara yang tertimpa musibah dalam tiga bidang yaitu pendanaan, pengetahuan dan tenaga manusia. Pada kesempatan ini juga Perdana Menteri Jepang mengumumkan pemberian bantuan hibah senilai 500 juta dollar AS, pengiriman Tim Medis Darurat untuk kegiatan kemanusiaan di lokasi bencana, pengiriman Pasukan Bela Diri Jepang (Japan Self-Defense Force), dan kerja sama untuk membangun sistem peringatan dini tsunami di Samudera Hindia
  Pemerintah Jepang melakukan kegiatan untuk membantu lokasi-lokasi bencana gempa bumi dan tsunami di NAD dan provinsi Sumatera Utara. Kegiatan tersebut antara lain berupa pemberian bantuan darurat (makanan dan barang), pemberian bantuan hibah, pengiriman Tim Medis Darurat, kegiatan Pasukan Bela Diri Jepang (distribusi barang, kegiatan medis, kegiatan pencegahan wabah dan lain sebagainya). Selain itu, pemerintah Jepang mendukung kegiatan LSM yang berpengalaman di bidang kemanusiaan dan, dengan bekerja sama dengan perusahaan swasta, membantu pengangkutan barang-barang bantuan yang dikumpulkan oleh pemerintah daerah atau perusahaan swasta Jepang ke lokasi bencana dengan harapan agar kehidupan korban bencana dapat pulih kembali secepat mungkin.
  Dua bulan telah berlalu sejak terjadi bencana dahsyat tersebut, dan kekacauan yang semula terjadi sudah mulai dapat diatasi sedikit demi sedikit. Namun, masih banyak yang harus menghadapi kenyataan pahit karena kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan anggota keluarganya. Masih perlu waktu yang cukup panjang untuk proses rehabilitasi /pembangunan kembali lokasi bencana. Untuk itu, sebagai sesama anggota kawasan Asia, Jepang menyadari akan perlunya pemberian bantuan sepenuhnya bagi para korban bencana. |