
Apa yang terlintas dalam benak Anda ketika membahas diplomasi Jepang-Indonesia? Ada banyak orang yang mungkin berfokus pada kegiatan ekonomi di antara kedua negara, karena Jepang telah memainkan peranan utama dalam pembangunan ekonomi Indonesia sejak pembentukan hubungan diplomatik tahun 1958.
Namun, alat kerja sama yang mendukung diplomasi Indonesia-Jepang tak terbatas pada bidang ekonomi. Ada juga sejarah kerja sama yang panjang di bidang pertahanan, yang semakin mendalam akhir-akhir ini.
Di bidang ekonomi, Jepang dan Indonesia telah membangun hubungan kerja sama saling menguntungkan beberapa tahun terakhir. Di bidang pertahanan, Jepang dan Indonesia adalah rekan yang saling belajar dari pengetahuan dan pengalaman masing-masing, meningkatkan kemampuan kedua belah pihak, bekerja sama bahu membahu demi perdamaian dan stabilitas kawasan.
Selama ini, kerja sama kedua negara terutama berfokus pada pertukaran antara-Angkatan Laut (AL) melalui kunjungan timbal balik kapal-kapal AL dan latihan gabungan, mengingat keduanya negara maritim. Akan tetapi tahun ini ada pendalaman kerja sama yang signifikan antara-Angkatan Darat (AD).
Simbol dari hal ini adalah partisipasi Angkatan Darat Pasukan Bela Diri Jepang (Ground Self-Defense Force atau GSDF) untuk pertama kali dalam Super Garuda Shield. Garuda Shield, yang sebelumnya dilakukan antara pasukan AD Indonesia dan AS, tahun ini diperluas menjadi latihan multinasional, Super Garuda Shield, yang melibatkan semua jenis angkatan termasuk AL dan Angkatan Udara (AU), menjadikannya latihan gabungan terbesar di kawasan Indo-Pasifik.
Pada tanggal 3 Agustus, saya juga menyaksikan upacara pembukaan latihan yang juga menampilkan latihan penerjunan udara (airborne training) oleh tiga negara, yaitu AS, Jepang dan Indonesia. Ini adalah latihan aktual pertama yang dilakukan oleh GSDF dan TNI-AD. AD AS pun terlibat sehingga meningkatkan keterampilan taktis dan membangun saling percaya serta menunjukkan kolaborasi dan kehadiran yang kuat dari ketiga negara. Ini berkontribusi pada pemeliharaan dan penguatan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka dan merupakan pencapaian besar.
Kerja sama dalam meningkatkan kemampuan satu sama lain sambil membangun saling pengertian seperti ini tak terbatas pada latihan gabungan. Kerja sama di bidang bantuan kemanusiaan dan penanggulangan bencana (Humanitarian Assistance Disaster Relief atau HADR) juga mengalami kemajuan. Kementerian Pertahanan Jepang sejauh ini telah mengadakan seminar dan pelatihan untuk sekitar 100 personel militer Indonesia dan lainnya. Pada Juli 2022, telah diselenggarakan pertukaran tatap muka pertama kali antara para ahli dari Indonesia di bidang ini dan para ahli dari Angkatan Udara Pasukan Bela Diri Jepang (Air Self-Force atau ASDF) yang dikirim ke Jakarta. Dengan berbagi pengetahuan dan pelajaran, diharapkan kepercayaan dan kolaborasi, serta peningkatan kemampuan penanggulangan bencana di kedua negara dapat ditingkatkan.
Lebih lanjut, di antara kedua negara juga berlangsung kerja sama yang berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di masyarakat internasional termasuk kerja sama Pasukan Pemelihara Perdamaian (Peace Keeping Operations atau PKO). Pada Agustus, United Nations Triangular Partnership Program telah dimulai, dan rombongan pengajar dari GSDF melaksanakan latihan operasi alat berat bagi anggota korps zeni TNI. Semua personel yang berpartisipasi dalam pelatihan ini, setelah program itu selesai, akan dikirimkan ke misi PKO PBB. Kerja sama yang efektif seperti ini akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas di masyarakat internasional. Indonesia merupakan negara pengirim PKO terbesar kedelapan di dunia dan terbesar di ASEAN sehingga banyak hal yang dapat dipelajari oleh SDF dari akumulasi pengalaman dan pengetahuan Indonesia.
Seperti telah disampaikan, kerja sama pertahanan Jepang-Indonesia tak hanya memperdalam hubungan bilateral, tetapi juga terus berkembang dalam bentuk yang berkontribusi pada realisasi Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka serta perdamaian dan stabilitas di masyarakat internasional. Namun satu hal yang ingin saya tekankan adalah adanya aset penting yang mendukung kerja sama ini, yaitu SDM. Akademi Pertahanan Nasional Jepang menerima perwira TNI sebagai mahasiswa internasional, dan sejauh ini telah menghasilkan sekitar 50 orang lulusan. Mereka telah aktif berkiprah di berbagai posisi di TNI dan telah memperlihatkan kehadiran mereka sebagai jembatan di antara kedua negara dalam sejumlah program pertukaran pertahanan termasuk Super Garuda Shield.
Seperti inilah, kerja sama pertahanan yang beraneka ragam sedang berlangsung di tingkat lapangan. Untuk lebih memajukan hal ini, komunikasi yang erat dan kesadaran bersama pada tingkat tinggi juga sangat krusial. Seperti juga tetap kami lakukan di tengah pandemi Covid-19, ke depannya, Jepang dan Indonesia perlu melanjutkan pembahasan terkait kerja sama pertahanan bilateral di berbagai tingkat dan memperkokoh kolaborasi melalui berbagai kesempatan. Termasuk konsultasi tingkat menteri, seperti pertemuan tingkat menteri luar negeri dan pertahanan "2+2" dan ADMM Plus, serta pertukaran serta perundingan kebijakan tingkat kepala staf.
Dalam situasi internasional yang dinamis, peranan kerja sama pertahanan kedua negara, yang berbagi nilai sebagai negara demokrasi dan memiliki banyak tantangan keamanan bersama sebagai negara maritim yang berada di kawasan yang sama, akan menjadi semakin penting, dari perspektif internasional di masa depan. Berbagai kegiatan sebagaimana disebutkan di atas diharapkan akan menjadi titik balik utama untuk memperkokoh kolaborasi bilateral sebagai pendorong perdamaian dan stabilitas kawasan.
Kanasugi Kenji, Duta Besar Jepang untuk Indonesia