
Berbicara tentang Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, apakah terlalu berlebihan apabila saya mengatakan bahwa kegembiraan Jepang adalah kegembiraan Indonesia, dan kegembiraan Indonesia adalah kegembiraan Jepang? Menyambut penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo pada bulan Juli sampai Agustus tahun ini, saya tidak sabar untuk berbagi kegembiraan ini bersama dengan masyarakat Indonesia.
Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo, yang awalnya akan diselenggarakan pada tahun 2020, ditunda selama satu tahun karena mewabahnya Covid-19 di seluruh dunia. Saat ini pun, pandemi ini masih belum berhasil diatasi secara total. Namun demikian, Jepang terus melakukan persiapan agar dapat menyelenggarakan kompetisi secara aman dan terjamin untuk para atlet dari seluruh dunia. Mungkin banyak orang yang mempertanyakan penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo di tengah-tengah belum terselesaikannya pandemi ini secara tuntas, namun justru di dalam kondisi seperti inilah, penting untuk terus bersikap positif dan maju ke depan. Dalam situasi saat ini, di mana dunia terpecah dikarenakan Covid-19, penyelenggaraan Olimpiade dan Paralimpiade kali ini diharapkan dapat membawa dunia kembali menjadi satu, melalui olahraga.
Pada Olimpiade dan Paralimpiade Tokyo ini, ada beberapa atlet Indonesia dan Jepang yang menarik perhatian saya.
Salah satunya adalah Momota Kento, atlet bulu tangkis yang saat ini menduduki peringkat satu di dunia (per tanggal 15 Juni). Teknik yang dimiliki oleh Momota, khususnya teknik permainan halus di sekitar net diperkenalkan oleh Imam Tohari, pelatih Momota semasa SMP dan SMA yang berasal dari Indonesia. Imam Tohari, yang juga pernah menjadi atlet peringkat ke-4 di dunia, adalah sosok yang menemukan dan melatih Momota. Ia bahkan berkata bahwa Momota adalah “atlet yang akan mengubah sejarah bulu tangkis Jepang”. Setengah dari diri Momota dapat dikatakan seolah-olah seperti perwakilan Indonesia. Pada Olimpiade Tokyo nanti, bisa saja Momota akan berhadapan dengan Anthony Sinisuka Ginting atau Jonathan Christie di babak final. Namun demikan, yakinlah bahwa siapapun juaranya, entah Momota atau para atlet Indonesia, tetap saja ini akan menjadi kemenangan bagi Indonesia.
Saya juga sangat menantikan kiprah para atlet paralimpiade Indonesia. Fredy Setiawan dan Ukun Rukaendi, atlet bulu tangkis para, yang menjadi cabang olah raga resmi di Paralimpiade Tokyo, telah melakukan pra-pelatihan di Jepang dua tahun lalu, dan sejak saat itu mereka mendapat banyak dukungan dari masyarakat di Kota Machida, yang menjadi lokasi pelatihan. Ketika melihat olahraga para secara langsung, kita akan terkesima dengan kecepatan dan betapa dinamisnya pergerakan para atlet. Saya ingin menikmati pertandingan sambil menantikan kesuksesan para atlet yang berkompetisi dengan segenap kekuatan di olahraga para nanti.
Terakhir, saya ingin menyinggung tentang perhelatan olahraga skala besar di Indonesia. Pada tahun 2018 lalu, Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games dan Asian Para Games. Lalu pada tahun 2023 nanti, selain rencananya akan menjadi penyelenggara FIFA U-20 World Cup, Indonesia bersama dengan Jepang dan Filipina juga akan menjadi penyelenggara bersama FIBA Basketball World Cup.
Semoga perhelatan pertandingan besar seperti ini dapat memperdalam pengalaman Indonesia untuk menyelenggarakan kegiatan olah raga dalam skala besar, dan Indonesia dapat menjadi tuan rumah Olimpiade dan Paralimpiade di masa depan. Saya menantikan kesuksesan Indonesia dan para atlet Indonesia.
Kanasugi Kenji, Duta Besar Jepang untuk Indonesia