Jakarta, 26 Januari 2018
Akhirnya, dimulailah tahun 2018 sebagai tahun peringatan hubungan diplomatik Jepang – Indonesia yang ke-60, dan untuk itu, kami mohon bantuan para pembaca. Sebetulnya, seperti apakah tahun 2018? Saya akan menuliskan beberapa hal yang saya ingat di bawah ini.
Dimulainya musim politik ; Perlunya mengarahkan kemudi dengan hati-hati
Yang pertama, Indonesia akan menyambut musim politik pada tahun 2018.
Pemilihan presiden berikutnya akan dilaksanakan pada 17 April 2019. Walaupun masih ada lebih dari satu tahun, namun sebelumnya akan ada pertempuran awal yang penting pada 27 Juni tahun ini, yaitu pemilihan kepala daerah serentak. Pemilihan ini merupakan acara skala besar, dimana sebanyak 17 provinsi-separuh dari total keseluruhan 34 provinsi-akan turut serta pada pemilihan gubernur. Tidaklah berlebihan jika dikatakan bahwa ini merupakan awal musim politik untuk pemilihan presiden. Partai-partai politik utama juga telah menetapkan bakal calon gubernur dan wakil gubernur, serta pada 15 Februari masa kampanye akan dimulai secara serentak.
Ada berbagai hal yang muncul tahun ini terkait pemilihan Presiden. Antara 4-10 Agustus, akan diselenggarakan pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden, lalu pada 20 September akan dilakukan penetapan calon, dan selama sekitar 7 bulan dimulai dari 23 September akan diselenggarakan masa kampanye untuk pemilihan anggota DPR yang juga diselenggarakan bersamaan dengan pemilihan presiden.
Tidaklah sulit membayangkan bahwa akan terdapat berbagai tawar-menawar politis selama masa kampanye. Ini berlaku di negara manapun, termasuk Indonesia. Saat itu, hal-hal yang biasanya dipandang kecil mungkin saja akan diangkat lebih besar secara politis. Di dalam situasi ini, saya pikir diperlukan kemudi yang lebih mantap dari biasanya, supaya berbagai hal dapat berjalan dengan baik.
Tahun yang penting secara simbolis bagi Indonesia ; Akankah ini menjadi awal dari era baru?

Hal kedua, tahun 2018 adalah tahun yang penting secara simbolis bagi Indonesia.
Pertama, antara 18 Agustus sampai 2 September akan diselenggarakan Asian Games di Indonesia, tepatnya di Jakarta dan Palembang. Sesungguhnya, kali ini merupakan kali kedua Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games. Yang pertama adalah pada tahun 1962. Bagi Indonesia yang mengalami perang kemerdekaan sejak deklarasi tahun 1945 hingga tahun 1949, penyelenggaraan Asian Games menjadi kebanggaan negara, sekaligus sebagai acara yang diharapkan dapat mendorong perkembangan di kemudian hari. Jepang yang menjalin hubungan diplomatik pada tahun 1958 juga turut memberi dukungan demi kesuksesan penyelenggaraan acara ini di Indonesia, di antaranya melalui pembangunan Hotel Indonesia sebagai hotel pertama yang dilengkapi dengan fasilitas lengkap, dan pembangunan Monumen Nasional.
Kemudian, 56 tahun setelahnya, pada tahun ini, Indonesia kembali menjadi tuan rumah Asian Games untuk yang kedua kalinya. Saat ini, gedung-gedung pencakar langit berdiri bersisian di tengah kota Jakarta, dan walaupun kemacetan dapat dikatakan parah, namun pemeliharaan jalur bebas hambatan terus meningkat dengan baik. Bagi Indonesia, Asian Games kali ini merupakan batu loncatan untuk perkembangan negara menuju era baru. Selain itu, Stadion Utama Gelora Bung Karno saat ini sudah dilengkapi dengan sistem keamanan pendeteksi wajah yang merupakan bantuan hibah dari pemerintah Jepang, dan diperkirakan beberapa jalur MRT yang dibangun Jepang dapat diuji coba selama penyelenggaraan Asian Games.
Satu fakta menarik; 2 tahun setelah penyelenggaraan Asian Games sebelumnya, yaitu di tahun 1962, diselenggarakanlah Olimpiade Tokyo. Kali ini pun, 2 tahun setelahnya, yaitu di tahun 2020, akan diselenggarakan kembali Olimpiade Tokyo. Saya pikir, adalah hal yang baik apabila Olimpiade ini juga dapat menjadi era baru bagi Jepang.
Satu lagi acara simbolis, yaitu penyelenggaraan Annual Meetings of the International Monetary Fund and World Bank Group di Bali pada 12-14 April. Saat krisis moneter Asia tahun 1997, Indonesia menerima pinjaman bantuan dari Bank Dunia dan IMF serta pihak lain, dan ketika itu mengalami berbagai macam kesulitan. Kala itu beredar foto yang menggambarkan Presiden Soeharto seolah-olah menundukkan kepala kepada Michel Camdessus, Managing Director IMF, dan dikatakan bahwa ini menjadi salah satu penyebab Presiden Soeharto mengundurkan diri setelahnya.
Namun, Indonesia yang disebutkan di atas, saat ini menjadi salah satu anggota G20, dan telah menjadi pemain penting yang disegani masyarakat internasional. Bagi Indonesia, Annual Meetings IMF merupakan acara penting yang dirasakan sebagai awal bagi era baru sesungguhnya, dan saat ini sangat fokus pada kesuksesan acara. Jepang yang pernah menjadi tuan rumah penyelenggaraan Annual Meetings IMF berencana membantu Indonesia dari berbagai aspek.
Peringatan 60 Tahun Hubungan Diplomatik Jepang – Indonesia ; Mimpi dan Tantangan
Yang terakhir adalah peringatan 60 tahun hubungan diplomatik Jepang – Indonesia di tahun 2018. Pada 19 Januari telah dilaksanakan projection mapping sebagai bagian dari opening event yang bertempat di area Taman Fatahillah, dan pada tanggal 20 Januari diselenggarakan upacara pembukaan yang bertempat di Hotel Indonesia Kempinski. Kehadiran Yang Mulia Bapak Toshihiro Nikai, Sekretaris Jenderal Partai Liberal Demokratik sekaligus Utusan Khusus Perdana Menteri Abe beserta para anggota parlemen dari Jepang menjadi awal pembuka yang baik. Dalam upacara pembukaan hadir pula Wakil Presiden Republik Indonesia, Yang Mulia Bapak Jusuf Kalla beserta Ibu Mufidah Kalla, serta menteri-menteri kabinet Republik Indonesia. Izinkan saya pada kesempatan ini sekali lagi mengucapkan terima kasih atas dukungan para pembaca.
Peringatan 60 tahun ini tidak hanya untuk melihat kembali pencapaian prestasi sebelumnya, namun juga kesempatan untuk membangun hubungan antara Jepang dan Indonesia di masa mendatang. Selain itu, kami juga ingin mendiskusikan kerjasama “Project 2045”, proyek penting yang menggambarkan masa depan pada peringatan kemerdekaan Republik Indonesia ke-100.
Di sisi lain, menurut angket yang dikeluarkan oleh JBIC dan diperuntukkan bagi perusahaan-perusahaan Jepang, peringkat Indonesia sebagai negara yang menjanjikan pada semester kedua turun ke peringkat lima setelah India, China, Vietnam dan Thailand, di mana tahun lalu Indonesia berada di peringkat tiga. Namun hal ini sangat berlawanan dengan peringkat lingkungan usaha dari Bank Dunia yang menyatakan bahwa peringkat Indonesia naik dari 120 ke peringkat 70.
Untuk meningkatkan hubungan kedua negara ke tahap selanjutnya, wajar jika akan muncul berbagai tantangan. Saya berharap peringatan 60 tahun ini dapat menjadi kesempatan untuk melihat berbagai tantangan tersebut dan memperbaikinya satu per satu.
Mohon bantuan dan dukungan para pembaca agar tahun 2018 menjadi tahun yang menakjubkan!