Informasi dari Bagian Kebudayaan Kedutaan Besar Jepang Pada Juli 2013 ini akan diselenggarakan pertunjukan Bunraku, dalam rangka memperingati 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia dan Jepang serta 40 tahun kerjasama dan persahabatan ASEAN dan Jepang. Pada kesempatan ini kami ingin membagi sedikit informasi mengenai apa itu Bunraku dan seperti apa lakon yang akan dipertunjukan. ![]() In commemorating "40th years of ASEAN-JAPAN Friendship and Cooperation" and "55th Anniversary of Indonesia-Japan Diplomatic Relationship", we will held the Bunraku performance in Jakarta. In this occasion, we want to share the information about the bunraku in brief and the synopses of the plays. ![]() |
![]() BUNRAKU, Teater Boneka Golek Jepang |
|||
Teater Boneka Bunraku merupakan bentuk yang paling halus dari seni boneka panggung di dunia. Teater ini mencakup tiga jenis ketrampilan, yang masing-masing memerlukan pelatihan selama bertahun-tahun untuk dapat menguasainya, yaitu kemampuan memainkan boneka-bonekanya, melantunkan nyanyian jyoururi dan memainkan alat musik shamisen. Boneka-boneka golek dari pertunjukan Bunraku berukuran setengah dari besarnya tubuh manusia. Matanya bisa bergerak, alisnya menaik waktu terkejut, mulutnya bisa terbuka dan tertutup, sedangkan tangan-tangannya dan lengan-lengannya dapat bergerak dengan realitis dan gemulai. Masing-masing boneka utama dioperasikan oleh tiga orang pemain/dalang, yang bekerja secara seirama dengan sangat sempurna. Para penggerak boneka mengangkut sendiri boneka-bonekanya ke panggung dan mereka dapat dilihat penonton sepanjang lakon. Biasanya mereka berpakaian hitam-hitam. Penggerak utama memegang boneka dari belakang dengan tangan kirinya pada pegangan khusus yang terdapat di dada boneka, dan mengarahkan lengan kanan boneka dengan tangan kanannya. Operator kedua menggerakkan lengan kiri dan operator ketiga menggerak-gerakkan kaki boneka. Lucunya, tidak ada kaki pada boneka wanita. Operator mengibas-ngibaskan bagian bawah dari jubah boneka, sedemikian rupa untuk menciptakan kesan kaki-kaki yang bergerak. Pelantun joururi , yang mengisahkan cerita yang sedang “dibawakan” oleh para boneka, selain bernyanyi, juga berteriak, berbisik atau bahkan tersedu-sedu membawakan dialog para karakter yang muncul dalam lakon. Pelantun duduk bersila di sebelah pemain musik shamisen yang mengiringinya. Masing-masing mereka mengenakan busana yang berkilauan, yang disebut kamishimo. Keduanya duduk di sebuah mimbar di sebelah kanan panggung dan terlihat oleh para penonton. Pemain musik shamisen juga merupakan unsur yang tak kurang pentingnya dalam pertunjukan boneka golek ala Jepang ini. Shamisen tidak hanya memberikan iringan musik pada lantunan lagu oleh joururi , tapi bila perlu juga mengindikasikan suara hujan, angin atau efek-efek lainnya untuk memperseru suasana pertunjukan. Kebanyakan lakon dalam repertoar Bunraku adalah karya-karya klasik yang digubah dalam abad ke-18. Sejauh ini sejak Perang Dunia II telah disajikan sekitar 50 lakon baru, namun kebanyakan di antaranya mungkin sudah tidak akan ditampilkan lagi. Sementara itu, kebanyakan karya-karya klasik tetap mendapat tempat dan terus ditampilkan berulang-ulang. informasi lebih lanjut : BUNRAKU, Puppet Theater of Japan The Bunraku Puppet Theater, which is the most refined form of puppetry in the world, is a combination of three skills each of which requires many years of training to master-puppet manipulation, joururi recitation and shamisen music. The dolls of the Bunraku Puppet Show are about half life-size. Their eyes move, their eye-brows rise in surprise, their mouths open and shut and their hands and arms gesture gracefully and realistically. Each of the principal dolls is operated by three manipulators who work in perfect unison. The manipulators carry the dolls on to stage and are visible throughout the play. The chief manipulators holds the puppet from the back with his left hand by a special grip in the figure’s chest and directs the puppet’s right arm with his right hand. The second operator moves the left arm and the third, the legs. As a female doll has no legs as a rule, the third operator moves its skirt in such a way as to create an illusion of moving legs. The joururi reciter, who tells the story which the puppets act, and who chants, shouts, whispers or sobs the dialogue for all characters appearing in the play, sits with his shamisen accompanist, each resplendent in the traditional kamishimo dress, in full view on a dais at the right side of the stage. The shamisen accompanist is no less important an element in the puppet show. The shamisen provides not only a musical accompaniment to the joururi recitation but also an indication, where appropriate, of the sound of rain, wind or other effects to heighten the atmosphere of the scene. Most of the plays in the Bunraku repertoire are classics written in the 18th century. Though about 50 new plays have been presented after World War II, most of them are not likely to be staged again, whereas most of the classics are certain of constant repetition. further information : |