English
Ninin Sambaso~Tarian Sambaso
Asal mula tarian ini adalah Drama Noh "Okina." Ada beberapa versi tarian yang sama dalam Kabuki, namun baik dalam Kabuki maupun Bunraku, tokoh "Okina" (orang yang tua) sebagai tokoh utama dalam versi mulanya, telah diadaptasi, diubah menjadi "Sambaso", tokoh yang dulunya hanya merupakan tambahan belaka. Dalam drama Bunraku, "Sambaso" sendiri berganda menjadi dua, dan adanya dua "Sambaso" merupakan bagian utama dari apa yang lebih pantas disebut tarian daripada drama.
Tarian ini bersifat lincah, penuh humor, ditarikan oleh dua "Sambaso", dengan iringan suara dari lonceng tangan yang mereka bawa-bawa.
Bagian ini merupakan sebuah hiburan ringan yang cocok untuk peristiwa atau perayaan gembira, dimainkan pada kesempatan seperti pembukaan musim teater atau datangnya Tahun Baru.
Narasi pada saat Pertunjukan
Mukjizat di Kuil Tsubosaka~Di rumah Sawaichi di pegunungan dan di Kuil Tsubosaka
Sawaichi, seorang pria buta, mempunya istri yang cantik bernama Osato. Sawaichi memperhatikan bahwa setiap pagi menjelang fajar menyingsing Osato selalu diam-diam keluar rumah. Maka timbullah rasa curiganya jangan-jangan Osato mempunyai kekasih rahasia di suatu tempat. Dia bertanya dengan mendesak kepada istrinya agar memberitahukan hal yang sebenarnya. Osato sendiri malah terkejut dengan tuduhan yang dilontarkan terhadapnya. Dijelaskannya bahwa dia memang terus keluar rumah tapi tujuannya adalah untuk mengajukan doa permohonan kepada Kanzeon, Dewi Welas-Asih, bertempat di Kuil Tsubosaka, agar penglihatan suaminya dipulihkan. Sawaichi akhirnya malah terharu akan pengabdian istrinya dan setuju untuk pergi dengannya ke Kuil Tsubosaka untuk menjalani pertobatan.
Sawaichi tiba di kuil, atas bimbingan Osato, yang lalu meninggalkan suaminya di sana agar dia berpuasa selama tiga hari. Diingatkannya agar suaminya itu tidak bergerak-gerak karena bisa jatuh ke bawah ke lembah yang berbahaya. Namun, Sawaichi yang diam-diam telah bertekad untuk bunuh diri guna membebaskan Osato dari berbagai kekuatiran dan kesusahan, malah menerjunkan diri ke dalam lembah...
Osato merasakan ada sesuatu yang tidak beres dan menakutkan telah terjadi pada suaminya. Bergegas dia kembali ke titik di mana dia meninggalkan suaminya sebelumnya. Lalu mengarahkan pandangannya ke bawah lembah di mana terlihat olehnya tubuh suaminya terbujur di bawah, sudah tewas. Dalam keputusasaan,Osato pun meloncat terjun juga hingga tewas.
Kanzeon merasa begitu senang dengan kesetiaan pasangan tersebut serta devosi mereka sehingga dengan penuh welas-asih berkenan menghidupkan mereka kembali dan memulihkan penglihatan Sawaichi.
Narasi pada saat Pertunjukan
SYNOPSES
Ninin Sambaso~The dance of Sambaso
The origin of this dance is the Noh Play "Okina." The Kabuki has several versions of the same dance but in both the Kabuki and Bunraku adaptations the character "Okina(old man), who is the principal in the original, gives place to the once subsidiary character, "Sambaso." In the Bunraku play "Sambaso" himself becomes duplicated and the dance of the two Sambasos is the princiapl part of what is a ballet more than play.
The dance is lively, humorous dance by the two characters called Sambaso, which they accompany with their hand bells.
The piece forms a light entertainment suitable for felicitous occasions and is played at such times as the opening of a theatrical season or beginning of the New Year.
Narration during Play
The miracle at the Tsubosaka Temple~At Sawaichi's house and on the mountain at Tsubosaka Temple
Sawaichi, a blind man, who has a good-looking wife, Osato, notices that Osato never fails to slip out of the house before dawn every day and he suspects she has a secret lover somewhere. When he pleads with her to tell him the truth, Osato is amazed at his accusation. She explains to him that she has been going out to make supplications to Kanzeon, the Goddess of Mercy, at the Tsubosaka Temple the his sight be restored. Greatly moved by her devotion, Sawaichi agrees to go with her to the Tsubosaka Temple to undergo religious penance.
Led by Osato, Sawaichi arrives at the temple. Osato leaves her husband there for three day's' fasting, warning him not to move lest he should fall down the dangerous valley. Sawaichi, who has secretly made up his mind to kill himself in order to free Osato form all worries and troubles, throws himself into the valley.
Sensing something dreadful has happened to her husband, Osato hurries back to the spot where she left himi. Looking down into the valley, she sees his body lying below her, dead. In despair she also leaps to her death.
Kanzeon is so pleased with the couple's faith and devotion that she merifully revives them and restores Sawaichi's eyesight.
Narration during Play
|